Translate

Selasa, 19 September 2017

Victor D Batara: "Saya perintahkan PK yang sudah dilantik segera pasang atribut Partai dan Calon Usungan Partai Golkar di Sekretariat masing-masing !"


Ketua DPD II Partai Golkar Tana Toraja membawakan
Sambutan Usai Melantik 19 Pengurus Kecamatan
 TNO-Makale. Bertempat di Sekretariat DPD II Partai Golkar Tana Toraja,hari ini,Selasa (19/9) Ketua DPD II Partai Golkar Tana Toraja, Victor Datuan Batara,SH melantik 19 Pengurus Kecamatan (PC) se Kabupaten Tana Toraja. Dalam sambutannya, Victor, yang juga Wakil Bupati Tana Toraja, menekankan, bahwa khusus di Tana Toraja, issue-issue tentang calon usungan Golkar mengemuka, baik itu di medsos, baik itu di WA (whatsapp), instagram, dan lain-lain.

     Lanjut Victor," Sebagai Pengurus Partai Golkar, kita harus memberikan informasi yang benar, apaun yang sudsh dilakukan orang tua terdahulu, tidak pantas dibebankan kepada anak-cucunya". Terkait ketidak hadiran Ketua DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan, Drs.HAM.Nurdin Halid, dijelaskan, Beliau ada banyak kesibukan, dan rencananya minggu depan, akan langsung melantik Pimpinan Kelurahan.

     Semua harus bergerak memenangkan Calon Usungan Partai Golkar. Bagi Anggota Fraksi Golkar, kembali Victor mengingatkan, "Jangankan mendua kaki, kalau tidak bekerja untuk pemenangan Calon Usungan Partai Golkar akan ada Sanksi Partai". Mejgakhiri samhutann5a, Victor memekikkan yel-yel, demi menyemangati Pengurus Kecamatan yang baru dilantik dan sem6a hadirin bersorak,menjawabnya.

     Kegiatan yang berlangsung dihadiri ratusan kader, Organisasi Sayap, dan simpatisan Partai Golkar.(fb)

Minggu, 17 September 2017

NORMALISASI SUNGAI TANPA PAPAN PROYEK, LEGITIMASI ILLEGAL MINING?, DISESALKAN WARGA



TNO-Toraja, (18/9) Sudah lebih sepekan, aktifis pengerukan sungai dilaksanakan sekelompok orang, di Kelurahan Lion Tondok Iring, Kecamatan Makale Utara,Kabupaten Tana Toraja. Melalui Kepala Lingkungan Lion, beberapa warga mempertanyakan aktifias pengerukan sungai dan pengangkutan material (sirtu-red). Masyarakat kaget tiba-tiba ada yang mengeruk di sungai, sementara selama ini mereka sudah memohonkan izin usaha pertambangan tersebut ke Provinsi, hanya kasih terkendala Rekomendasi Bupati. Sande Rupang, sang Kepala Lingkungan Lion saat ditemui mengungkapkan kekecewaan dan kekesalannya, menurutnya aktifitas pengerukan langsung dilakukan tiba-tiba, tanpa pemberitahuan apalagi kordinasi ke kami sebagai kepala lingkungan. 
      Dijelaskan Sande, "Mereka datang, langsung mengeruk, tanpa pemberitahuan, warga kami kaget, karena mereka tidak ada penjelasan. Sedangkan pelaksana proyek yang mengerjakan talud dipinggir sungai masih menemui kami." Kekesalan Sande diutarakan kepada tim peliputan TNO, disaksikan warga yang juga sebagai tetua adat. Masih menurut Sande," saat kami mengkonfirmasi Lurah dan Camat, dikatakan sudah rekomendasi dari Daerah, inilah yang kami sesalkan, seharusnya ada pemberitahuan kepada kami supaya kegiatan mereka, kami ketahui, itulah membuat saya melaporkan kegiatan ini". 


      Berdasarkan informasi tersebut, dikonfirkasi ke Plh.Sekda Tana Toraja, namun DR Semuel Tande Bura menapik informasi bahwa dia menyuruh. Dikatakannya, "Konfirmasi, Sekda tidak menyuruh, yang benar ada permintaan rekomendasi, 1 orang dari Lingkungan Hidup, 1 dari Pengelola". 

   Fakta lapangannya, ada aktifitas pengerukan material sungai, dan transaksi penjualan tanpa retribusi. Ini juga yang dikeluhkan warga, menurut Kepala Lingkungan Lion, harus ada saling menghargai, kami sebagai kepala lingkungan sangat mengharapkan kordinasi, baik dari Kelurahan, Kecamatan, apalagi yang akan mengerjakan sesuatu dalam wilayah kami".

Minggu, 10 September 2017

Rencana Asal Jadi, Irigasi Sangpolo Tak Bermanfaat di Petani

Keluhan masyarakat tani di Lembang Sangpolo, kecamatan Kurra, kabupaten Tana Toraja bukan tak beralsan, tapi bangunan irigasi yang dirintis Dinas Pertanian (Distan) sama sekali tak ada manfaatnya. Pasalnya, air bendungan mengaliri irigasi bukan untuk persawahan, tetapi dibangun untuk membuang air ke sungai saja.

Ini irigasinya yang dibuat untuk membuang
percuma air bendungan kembali ke sungai

MAKALE – Masyarakat Lembang Sangpolo berharap sangat kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tana Toraja untuk turun langsung kelapangan meninjau fungsi irigasi yang direncanakan dan di bangun Distan. Padahal warga, pembangunan irigasi seperti ini seharusnya dibicarakan ditingkat masyarakat sebagai pemanfaat. “Pembangunan irigasi pembuangan seperti itu tidak pernah diusulkan di musrembang,” ujar warga.

Menurut penyampaian warga tani di Lembang Sangpolo, air yang ditampung (dibendung) asalnya dari sungai dan dibuang kembali ke sungai. Lalu apa manfaatnya di masyarakat….?Paket proyek pembangunan irigasi di Sangpolo ini menghabiskan anggaran Rp164.950.000 tahun 2016 lalu yang asas manfaatnya sama sekali tidak bersentuhan dengan masyarakat tani. Kata warga, proyek tak bernilai ini dikerjakan CV .GRASKY PRATAMA waktu itu yang sumber dananya dari Dana Alokasi Khusus (DAK).

Salah seorang warga Tato'(samaran) meminta agar pihak terkait meninjau ulang proyek pembangunan irigasi yang dianggapnya hanya pemborosan anggaran. “Kalu tak bermanfaat, jauh lebih baik kalau pemerintah menyantunkan anggarannya untuk pengembangan pertanian yang lebih menyentuh dan dinikmati langsung warga tani.
Sementara Kepala Dinas Pertanian ataupun instansi yang terkait hingga informasi ini kembali dipublish, masih belum berhasil dimintai tanggapannya. “Bicarakan dulu ke Distan dan apa solusinya,” pinta warga.   (int)

Bupati menyambut kedatangan 19 Jamaah Haji Asal Toraja Utara

Rantepao, Sabtu, 9 September 2017. Asisten Administrasi Umum Setda, Hetty Maria G. Dalopis yang mewakili Bupati Toraja Utara menyambut 19 Jamaah haji di ruang pola Kantor Bupati yang telah menunaikan ibadah Haji di Tanah Suci Mekkah.

Tampak dalam penyambutan 19 jamaah haji ini, AKP. Baharuddin, SH, Kapolsek Rantepao, Kasdim 1414 Tator Mayor.Semuel Lesdan, Kadis Kominfo Drs.Fitra Amd.Pemb, Ketua PCNU, Drs.H. Bumbun Pakata, M.ag, Kepala Kantor Urusan Agama Toraja Utara, Mashuri S.S, serta keluarga dan kerabat jamaah haji yang telah menunaikan Rukun Islam yang ke lima.

"saya ucapkan selamat kepada 19 Jamaah Haji yang telah sukses menunaikan ibadah haji. terima kasih pula kepada Kementrian Agama Torut dan panitia pelaksana yang telah sukses melaksanakan tugas dalam pemberangkatan maupun penyambutan jamaah haji. Saya doakan, semoga ke-19 Jamaah Haji yang baru tiba ini menjadi Haji yang Mabrur. Harapan kami (Pemda), untuk tahun-tahun berikutnya dapat lebih sukses dalam kegiatan ini dalam rangka memberangkatkan masyarakat untuk menjalankan ibadah Haji", ungkap Hetty Maria G. Dalopis, Asisten Administrasi Umum Setda.

dalam acara penyambutan ini, para Jamaah Haji memberikan cindera mata kepada Pemda sebagai rasa ungkapan syukur. selain itu, tampak dalam acara penyambutan ini, keluarga dan 19 jamaah haji saling melepaskan rindu dan suka cita

Perhutanan Sosial, Kini Masyarakat Legal Mengelola Hutan



Perhutanan Sosial, Kini Masyarakat Legal Mengelola Hutan

Kategori Artikel GPR | marroli

Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rabu, 6 September 2017. Membangun Indonesia dari pinggiran, didefinisikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), salah satunya melalui program Perhutanan Sosial, sebuah program nasional yang bertujuan untuk melakukan pemerataan ekonomi dan mengurangi ketimpangan ekonomi melalui tiga pilar, yaitu: lahan, kesempatan usaha dan sumberdaya manusia. Perhutanan Sosial juga menjadi benda legal untuk masyarakat disekitar kawasan hutan untuk mengelola kawasan hutan negara seluas 12,7 juta hektar.

Akses legal pengelolaan kawasan hutan ini, dibuat dalam lima skema pengelolaan, yaitu Skema Hutan Desa (HD) hutan negara yang hak pengelolaannya diberikan kepada lembaga desa untuk kesejahteraan desa. Hutan Kemasyarakatan (HKm), yaitu hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Hutan Tanaman Rakyat (HTR/IPHPS), adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalm rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan. Hutan Adat (HA), dimana hutan ini adalah hutan yang berada di dalam wilayah masyarakat hutan adat. Skema terakhir adalah Kemitraan Kehutanan, dimana adanya kerjasama antara masyarakat setempat dengan pengelola hutan, pemegang Izin Usaha Pemanfaatan hutan, jasa hutan, izin pinjam pakai kawasan hutan atau pemegang izin usaha industri primer hasil hutan.

Pelaku Perhutanan Sosial adalah kesatuan masyarakat secara sosial yang terdiri dari warga Negara Republik Indonesia, yang tinggal di kawasan hutan, atau di dalam kawasan hutan negara, yang keabsahannya dibuktikan lewat Kartu Tanda Penduduk, dan memiliki komunitas sosial berupa riwayat penggarapan kawasan hutan dan tergantung pada hutan, dan aktivitasnya dapat berpengaruh terhadap ekosistem hutan.

Perhutanan Sosial mulai di dengungkan sejak tahun 1999, keadaan Indonesia yang masih gamang pasca reformasi, menjadikan agenda besar ini kurang diperhatikan. Pada tahun 2007 program Perhutanan Sosial ini mulai dilaksanakan, namun selama lebih kurang tujuh tahun  hingga tahun 2014, program ini berjalan tersendat. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat selama periode 2007-2014, hutan yang terjangkau akses kelola masyarakat hanya seluas 449.104,23 Ha. Untuk itu setelah periode tersebut dilakukan percepatan-percepatan, dan selama kurang lebih tiga  tahun masa Kabinet Kerja, telah tercatat seluas 604.373,26 Ha kawasan hutan, legal membuka akses untuk dikelola oleh masyarakat.

Dalam pelaksanaannya hingga saat ini, sejumlah 239.341 Kepala Keluarga (KK), telah memiliki akses legal untuk mengelola kawasan hutan nusantara, dan sejauh ini sosialisasi dan fasilitasi juga telah dilakukan kepada 2.460 kelompok, dimana fasilitasi yang diberikan adalah dalam bidang Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memiliki target untuk membentuk dan memfasilitasi lebih kurang 5000 Kelompok Usaha Perhutanan Sosial di Indonesia hingga tahun 2019.

Niatan menyejahterakan masyarakat Indonesia ini, bukan tidak memiliiki tantangan. Jauhnya masyarakat dari akses infrastruktur menjadi salah satu kendala terlaksananya verifikasi kelompok masyarakat, dan sering kali menjadi hal yang membuat terlambatnya sosialisasi program ini. Dalam pendampingan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama dengan multi pihak, termasuk LSM, dan program ini tentu saja membutuhkan banyak pendamping yang turun ke lapangan, yang memberikan pengetahuan dan pengidentifikasian potensi kawasan hutan, pengembangan usaha, serta pemasaran hasil usaha masyarakat, yang sering kita sebut sebagai akses ekonomi,hingga penguatan legal, sehingga masyarakat mampu mengadvokasi dirinya sendiri.

Akses legal mengelola kawasan hutan ini, diharapkan menjadi jembatan yang mampu memberikan bentuk nyata dari kehadiran negara dalam melindungi segenap bangsa Indonesia, dan memberi kesejahteraan bagi masyarkat daerah terdepan Indonesia. Perhutanan Sosial, ini saatnya hutan untuk rakyat.  Ini juga menggambarkan implementasi dari Nawacita ke enam, yang  ertujuan meningkatkan produktivitas masyarakat serta daya saing di tingkat internasional, sehingga bisa bersaing dengan negara-negara ditingkat ASEAN lainnya. Mewujudkan masyarakat yang mandiri secara ekonomi melalui sektor-sektor ekonomi strategis domestik, juga menjadi landasan dari program Perhutanan Sosial ini dilaksanakan.(***)


Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Djati Witjaksono Hadi - 081375633330
Bersama Tim Komunikasi Pemerintah Kemkominfo 

Jumat, 08 September 2017

Mubes ke-I IWO Resmi Dibuka

Mubes ke-I IWO Resmi Dibuka
https://www.youtube.com/watch?v=sHBSnMoUVjc
JAKARTA - Musyawarah Bersama (Mubes) ke-I Ikatan Wartawan Online (IWO) yang digelar di Puri Mega, Jakarta, Jumat (8/9) resmi dibuka oleh Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Henri Subiakto. Mubes yang dihadiri oleh ratusan anggota IWO yang ada di 31 provinsi di Indonesia.

Ketua Umum IWO masa bakti 2017-2022, Jodhi Yudono dalam sambutannya mengatakan saat ini kepengurusan IWO sudah terbentuk di 31 provinsi dan Pengurus Wilayah dan 40 Kab/Kota dengan nama Pengurus Daerah.

"Kehadiran IWO untuk mengiplementasikan UU No 40 Tahun 1999 tetang Pers yang mengatur tentang prinsip, ketentuan dan hak-hak penyelenggara pers di Indonesia, sekaligus mengikuti tata tertib dari Dewan Pers," ujar Jodhi.

Kegiatan Mubes IWO ini akan dilaksanakan selama dua hari pada 8-9 September 2017. Menurut Jodhi, kegiatan in diberi nama Musyawarah Bersama (Mubes) Ke-I IWO untuk menunjukan kesamaan antar wartawan.

Dalam Mubes ini, pengurus IWO daerah yang hadir akan membahas AD/ART, Kode Etik Wartawan Online (KEWO), serta Kesejahteraan Anggota.

Dalam Mubes ke-I ini, IWO juga menggelar dikusi panel dengan tema Mubes Membangun Peradaban Pada Era Digital dengan menghadirkan pembicara, Gubernur Lemhanas, Letjen (Purn) Agus Widjojo, Staf Khusus Menkoinfo Henri Subiakto, Karo Multimedia Mabes Polri Brigjen Yanfitri, Ahli Cybercrime Gildas deograt lumy, Budayawan Mohamad Sobari, serta dosen Komunikasi Politik dan Kebangsaan Universitas Muhammadiyah Makassar Arqam Azikin Dosen.

Ketua Panitia Mubes ke-I IWO, Edward Panggabean dalam laporannya tidak lupa menyampaikan terimakasih kepada seluruh narasumber dan pihak-pihak yang membantu terlaksananya Mubes IWO yang pertama ini. Mubes IWO I berlangsung karena dukungan beberapa perusahaan yang mengapresiasi keberadaan IWO. Para sponsorship yang terlibat dalam membantu Mubes  IWO I yakni, Akses  Prima Indonesia, Indonesian Cloud, Master System, Data Comm, Vertanews.tv.


Mubes IWO I ini juga akan akan disiarkan secara live streaming melalui web www.celebesnews.id, dan dapat pula diakses melalui aplikasi android dan IOS dengan cara mendownload aplikasi celebesnews  di playstore dan Appstore. Dapat juga disaksikan melalui akun facebook celebesnews.id  dan  Youtube celebesnews.id,"(iwo)

Kamis, 07 September 2017

BERITA GAMBAR : SD NEGERI FOLANGKAI, APA KATA DUNIA?

Masihkah ada sekolah seperti ini?
TNO-NTT, SEKOLAH INI BERADA DI DESA WOLWAL TENGAH KEC. ALOR BARAT LAUT KAB ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,

Melihat bangun sekolah yang megah di daerah lain, pastilah menjadi impian para sisa di sekolah ini. Siapa yang tidak geram melihat KORUPSI dimana-mana? sementara "Anak Bangsa" menanis dalam kesederhanaan yang amat dalam. Apakah tidak ada pihak yang mau tergerak hatiny melihat situasi ini? Kita nantikan Putra Bangsa yang peduli. Tidak percaya, kunjungi langsung,,!!!,,(info : Yesaya Famay/WA.+6281355145864)

Jumat, 01 September 2017

Dihadiri Mendagri, SYL,Sebut 480M Untuk Kelanjutan BBK ,,,!!!


Gubernur Sul-Sel, DR.H.Syahrul Yasin Limpo,SH,MH
TNO-Tana Toraja, Kamis,31/8/2017, Pemkab Tana Toraja sangat disibukkan dengan menerima tamu undangan dalam rangka Hari Jadi Toraja ke-770 dan HUT Kab Tana Toraja ke-60.

     Praktis sebulan, rangkaian kegiatan dilalui, diantaranya Seminar, Festival Kopi, Festival Kuliner, Tenun Toraja, dan lain sebagainya. Pada puncak kegiatan yang dilangsungkan di Pelataran Objek wisata Religi, Buntu Burake,

     Dalam sambutannya, Gubernur Sul-Sel DR.H.Syahrul Yasin Limpo,SH,MH mengatakan " dalam Rapat terbatas, antara Presiden,Wapres dan Menhub, anggaran untuk kelanjutan pembangunan Bandara Buntu Kunik (BBK) dipulihkan, dan dikucurkan sebesar 480M". Semua yang hadir bertepuk tangan, bersorak kegirangan diantara hembusan angin Buntu Burake. Tampak hadir dalam deretan Undangan, Mendagri Cahyo Kumolo, Wagub Kaltara,Bupati Gowa,dan beberapa undangan lainnya. Lanjut SYL, keterlambatan penyelesaian pembangunan Bandara Buntu Kunik, bukan kesalahan Pemerintah Pusat, itu kesalahan kita semua, menurutnya" Seharusnya Bandara Buntu Kunik selesai akhir tahun ini, tetapi itu bukan kesalahan Pemerintah Pusat, namun kesalahan kita semua, Bupati Tana Toraja segera tuntaskan persoalan yang masih ada, karena 480M sudah dianggarkan utk menyelesaikan Run Way 2400m, Runwaynya harus selesai".

    Masih SYL, menegaskan "Bupati Tana Toraja dan Toraja Utara harus bekerjasama untuk penyelesaian BBK, ...bayangkan kalau harus menempuh perjalanan darat 8jam, 2 hari pinggang kita harus diurut baru bisa ke Tongkonan lihat-lihat....". Ungkapan ini kembali diamini undangan yang hadir beserta ribuan masyarakat bertepuktangan kegirangan. Walaupun masih ada yang tersenyum kecut, ataupun meragukan penyataan ini di beberapa medsos, tetapi kita tetap yakin SYL pejuang pembangunan di Sul-Sel. Hal tersebut senada dengan Mendagri, Cahyo Kumolo mengungkapkan " Gubernur adalah perpanjangan tangan Pemerintah Pusat di daerah, kita akan menjadikan Toraja sebagai Destinasi Wisata Internasional yang
didukung infrastruktur yang memadai".(ryan)